Jumat, 31 Mei 2019

Makalah kurikulum akidah akhlak pada SMP / MTs

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum ibarat jalan untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan pendidikan.Menurut Saylor dan Alexander, kurikulum adalah the total effort of the school situations, yaitu keseluruhan usaha yang dilakukan oleh lembaga atau sekolah untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Dengan demikian, komponen yang ada di dalam kurikulum bukan sebatas mata pelajaran, melainkan termasuk proses belajar dan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Demikian pentingnya kurikulum dalam pendidikan, maka dalam perjalanannya semestinya harus dikritisi, dianalisis untuk mengetahui kelebihan, kekurangan serta efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tulisan ini, kita akan mencoba melakukan bagaimana kurikulum pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP/MTs.
2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana pembelajaran Aqidah Akhlak pada Smp/Mts?
B. Apa dasar dan prinsip pengembangan kurikulum?
C. Apa materi dan ruang lingkup mata pelajaran akidah akhlak di madrasah Tsanawiyah?
D. Bagaimana strategi mata pelajaran akidah akhlak?
E. Apa evaluasi mata pelajaran akidah akhlak?
3. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui kurikulum Aqidah Akhlak pada Smp/Mts.
B. Untuk mengetahui dasar dan prinsip pengembangan kurikulum
C. Untuk mengetahui materi dan ruang lingkup mata pelajaran akidah akhlak di madrasah Tsanawiyah
D. Untuk mengetahui bagaimana strategi mata pelajaran akidah akhlak
E. Untuk mengetahui evaluasi mata pelajaran akidah akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Akidah Akhlak
A.  Pengertian akidah akhlak
Akidah akhlak terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu akidah dan akhlak.Secara etimologi, akidah berasal dari kata “aqadaya’qidu-aqdan”, berarti ikatan perjanjian, sangkutan dan kokoh. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian tersebut, maka akidah secara bahasa artinya adalah iman atau kepercayaan. Sedangkan, menurut terminologi akidah ialah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber ajaran Islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa, akidah adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan keshalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu benar serta berlaku selamanya. Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang Pencipta, keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan manusia akan kewajiban ketaatan kepada-Nya dan menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah). Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq yang secara bahasa antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Pada hakikatnya khulq (budi pekerti) adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dari jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa melakukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbullah kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran maka ia dinamakan budi pekerti mulia (akhlak mahmudah). Sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk maka disebut sebagai budi pekerti yang tercela (akhlak madzmumah). Jadi dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran akidah akhlak adalah suatu upaya dalam menyiapkan peserta didik untuk meyakini tentang keesaan Allah Swt berdasarkan ajaran Islam dan merealisasikannya dalam wujud prilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
B.  Tujuan akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah
Tujuan pendidikan akhlak menurut Abdul Fatah Jalal meliputi:
*Berkaitan dengan khaliq (Allah) sebagaimana dijelaskan dalam QS. Saba’: 28, QS. Adz- Zariyat: 56-58, dan QS. Al-Baqarah: 21-22.
*Berkaitan dengan sesama makhluk, sebagaimana dijelaskan dalam QS. At-Taubah:122, dan QS.Al-Isra’:23. Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap makhluk dan terhadap Tuhan. Manusia sempurna ialah manusia yang berakhlak mulia serta bertingkah laku dan bergaul dengan baik, inilah yang menjadi aspek penting tujuan pendidikan akhlak (akhlak pendidikan) dalam pendidikan Islam. Rumusan Ibnu Maskawih yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa tujuan pendidikan akhlak ialah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong seseorang secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik.
Dengan demikian jelaslah bahwa isi pendidikan akidah Islam sangat berkaitan erat dengan pendidikan karakter. Pendidikan akhlak mencakup hubungan kepada Allah dan hubungan kepada sesama dan tujuan dari akhlak ialah hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna.
2. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
Adapun dasar-dasar pengembangan kurikulum, yaitu sebagai berikut:
*Kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional.
*Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan dengan pendekatan kemampuan.
*Kurikulum harus sesuai dengan cirri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan.
*Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan.
*Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan tuntutan lingkungan.
*Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan.

3. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum, terdapat banyak prinsip dasar yang dapat digunakan agar kurikulum yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang diinginkan dan yang diharapkan semua pihak. Prinsip-prinsip ini biasanya dibedakan dalam dua kategori yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimanapun. Sedangkan, prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi tertentu.
*Prinsip Umum
Sukmadinata menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Prinsip Relevansi
Yang dimaksud dengan relevansi pendidikan disini adalah adanya kesesuaian antara hasil pendidikan dengan tuntutan kehidupan yang ada di masyarakat. Atau dengan kata lain, bahwa pendidikan itu dianggap relevan jika hasil pendidikan mempunyai nilai fungsional bagi kehidupan. Kurikulum itu harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang ada diprediksi pada masa yang akan datang.
b. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur, tidak kaku, terutama dalam pelaksanaannya. Kurikulum yang fleksibel dapat disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan, keadaan, kemampuan setempat dan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat dimana kurikulum diterapkan.
c. Prinsip Kontinuitas
Prinsip Kontinuitas artinya kurikulum itu dikembangkan secara berkesinambungan.Tidak terputus-putus atau terhenti-henti.Kesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas, maupun sinambung antar jenjang pendidikan.Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, juga antara jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar dan dilanjutkan pada kelas dan jenjang yang ada di atasnya.
d. Prinsip Praktis
Prinsip praktis artinya mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah.Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi.Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.Kurikulum bukan hanya harus ideal tapi juga praktis.
e. Prinsip Efektivitas
Yang dimaksud prinsip efektivitas adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat sesuai dengan keinginan yang ditentukan.Walaupun kurikulum tersebut harus murah, sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kualitas maupun kuantitas. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
*Prinsip Khusus
Prinsip khusus ini merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara khusus (tujuan, isi, metode dan evaluasi) satu wilayah dengan wilayah lainnya, satu jenis jenjang pendidikan dengan jenis jenjang pendidikan lainnya memiliki karakteristik yang berbeda dalam beberapa aspek, yang mana antara satu komponen dan komponen lainnya memiliki prinsip yang tidak sama.
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan penilaian, yaitu:
a. Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan
b. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
c. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
d. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan media atau alat pengajaran
e. Prinsip yang berkenaan dengan penilaian

4. Materi dan Ruang Lingkup  Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Mts
Mata pelajaran aqidah akhlak di tingkat Tsanawiah berdasarkan kurikulum berbasis kompetensis bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujutkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanannya dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Dari keterangan di atas jelas bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak yang diajarkan guru kepada siswa bertujuan agar siswa mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan akhlak terpuji. Standar kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak berisi sekumpulan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama mempelajari mata pelajaran aqidah akhlak di MTs. Kemampuan ini berorientasi pada kemampuan  prilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketakwaan, dan beribadah kepada Allah SWT.Sehingga mampu diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun materi pelajaran Aqidah Akhlak yang diajarkan di tingkat MTsN adalah sebagai berikut :
Kelas VII:
Sifat sifat allah
Sifat sifat wajib bagi allah
Sifat sifat mustahil allah
Akhlak terpuji terhadap allah
Akhlak tercela terhadap allah
Kisah rasul
Iman kepada kitab kitab allah

Kelas VIII
Sifat-Sifat wajib Allah
Sifat-sifat mustahil Allah
Sifat jaiz Allah
Akhlak terpuji terhadap diri sendiri dan kehidupan bersama
Akhlak tercela terhadap diri sendiri
Mu'jizat Allah
Sifat-sifat rasul
Ulul 'Azmi
Akhlak Nabi Muhammad SAW Sifat dan Prilaku para sahabat/ ulama
Kelas IX
Iman kepada hari kahir
Alam ghaib
Akhlak terpuji kepada lingkungan social
Akhlak terpuji terhadap sesame
Akhlak tercela terhadap sesame
Akhlak terpuji terhadap lingkungan
Akhlak tercela terhadap lingkungan
Prilaku Nabi, sahabat, ulil amri, tokoh beriman dan berakhlak mulia.
Adapun ruang lingkup pembelajaran Aqidah Akhlak di tingkat madrasah meliputi :
Aspek aqidah terdiri atas keimana kepada sifat wajib, mustahil, zaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mu'jijatnya dan hari akhir.
Aspek akhlak terpuji yang terdiri ataskhauf, taubat, tawadlu', ikhlas, bertauhid, inovatif, percaya diri, tekat yang kuat, ta'ruf, ta'awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dan ghihab.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa, pemerintah telah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk menjadi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Ciri-ciri pembelajaran Aqidah Akhlak dan aspek yang harus dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi :
Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman  dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan
Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan hasil pengamalan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari
Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadist.
Rasional, usaha meningkatkan kwalitas proses dan hasil pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rosio anak didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
Emosional, upaya mengugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan akhlak yang mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa anak didik.
Fungsional, menyajikan materi aqidah akhlak yang memberikan mamfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan  sebagai cermin dari individu yang memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, materi pengajaran aqidah akhlak yang di ajarkan dengan menggunakan berbagai pendekatan  dan tujuan pencapaian sasaran. Sehingga siswa mudah memahaminya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.Selanjutnya basis kompetensi yang dikembangkan dalam pengajaran aqidah akhlak harus menjamin pertumbuhan dan keimanan serta ketakwaan siswa kepada Allah SWT.         
5. Strategi Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Menurut Mc Leod, secara harfiah kata strategi dapat diartikan sebagai seni (art) yaitu siasat atau rencana. Kata strategi dalam bahasa Inggris yaitu approach( pendekatan) dan kata procedure ( tahapan kegiatan). Sedangkan menurut Reber kata strategi berasal dari bahasa Yunani berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.Sedangkan pembelajaran sendiri adalah berasal dari kata dasar “ajar” yang artinya petunjuk yang di berikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan  kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan  pem- dan akhiran –an yang merupakan konflik nominal yang mempunyai arti proses. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pendekatan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efesien.
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.
Berikut beberapa metode dalam pembelajaran:
A. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.
B. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama lebih jelas dan teliti tentang sesuatu untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
C. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
D. Metode Hafalan
Metode hafalan merupakan metode yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kendatipun cara belajar demikian kurang memberikan hasil, namun tetap dianggap perlu, karena dengan menghafal kita akan dapat mengingat banyak hal. Menghafal berlangsung sejalan dengan  proses mengingat.
E. Metode  Tugas Belajar dan Resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan dirumah, sekolah, perpustakaan dan di tempat lainnya.Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok.
F. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok merngandung pengertian bahwa siswa dalam satu  kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil dan mengutamakan belajar aktif.
G. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang  sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
H. Metode Simulasi
Metode Simulasi merupakan metode tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura, dalam hal ini bertujuan untuk melatih ketrampilan tertentu baik yang bersifat professional atau untuk kehidupann sehari-hari.
6. Evaluasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak
A.  Pengertian Evaluasi
Secara bahasa evaluasi berasal dari evaluation yang berarti penilaian, akar katanya adalah value berarti nilai, dalam bahasa arab evaluasi disebut dengan al-taqdir dalam bentuk isim mufradnya al-qimah yang berarti nilai.Sedangkan secara terminology, pengertian evaluasi dirumuskan oleh beberapa tokoh dengan beragam pengertian, diantaranya Alkin menyatakan evaluasi adalah sebagai aktifitas menyediakan informasi untuk pembuatan keputusan.
Menurut Oemar Hamalik evaluasi pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem belajar mengajar sebagai suatu keseluruhan. Hasil dari evaluasi akan menjadi masukan yang berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, antara lain siswa, guru, dan orangtua siswa, dan pihak sekolah itu sendiri. Sehingga bisa menjadi koreksi atas semuanya guna pencapaian hasil belajar yang lebih baik.Demikianlah pentingnya sebuah evaluasi bagi pembelajaran, apapun pembelajaran itu termasuk pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah / Smp.
B. Bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran akidah akhlak
*Ulangan harian
Ulangan harian di smp / mts secara periodik biasanya dilakukan setelah menyelesaikan satu atau dua kompetensi dasar.Ulangan harian biasanya tidak dibuatkan kisi-kisi, karena sudah ada rambu-rambunya didalam kompetensi dasar.
* Ulangan tengah semester
Ulangan tengah semester dilaksanakan satu kali selama satu semester, sehingga dalam satu tahun pelajaran  ( 2 vsemester ) dilakukan dua kali ulangan tengah semester. Untuk tengah semester soal dibuat oleh guru dengan membuat kisi-kisi soal yang kemudian diserahkan kepada panitia ujian.
*Ujian semester
Ujian semester dilakukan setelah melalui proses belajar mengajar selama 6 bulan sehingga dalam satu tahun dilaksanakan dua kali ujian semester.
*Ujian akhir
Ujian akhir ( ujian semester kedua ) dilakukanj setelah menyelesaikan proses belajar mengajar selama 1 tahun. Ujian akhir ini menentukan kenaikan kelas atau kelulusan menuju tingkat berikutnya.
*Penilaian non test
Penilaian non test dilakukan guru dengan memantau sikap dan perilaku peserta didik dengan mengadakan observasi.Penilaian ini tidak ada catatan khusus terhadap perkembangan atau kemajuan sikap dan perilaku peserta didik ketika atau setelah belajar. Sikap dan perilaku peserta didik yang diobservasi seperti :
Sikap dan perilaku peserta didik terhadap guru.
Sikap dan perilaku peserta didik terhadap proses pembelajaran.
Sikap dan perilaku peserta didik terhadap materi pelajaran.
Sikap dan perilaku peserta didik terhadap siswa yang lain.
Penilaian terhadap sikap siswa tersebut dilakukan untuk memberi penilaian afektif siswa selama 6 bulan atau satu semester.Karena salah satu unsur untuk melihat kualitas atau efektivitas pembelajaran adalah melalui unsur evaluasi. Yang seharusnya jika setelah dilakukan evaluasi pembelajaran akidah akhlak bisa berfungsi sebagai bahan untuk peningkatan mutu, artinya akan terjadi peningkatan hasil belajar mata pelajaran akidah akhlak pada ranah kognitif dan afektifnya.

BAB III
PENUTUP

1. Simpulan (Conclution)
Akidah akhlak consists of two words, namely aqeedah and morals. Etymologically, aqidah comes from the word "aqadaya'qidu-aqdan", meaning the agreement agreement, the connection and sturdy. according to the terminology of aqidah are the basic principles of the beliefs or beliefs of a Muslim heart that are sourced from Islamic teachings that must be held by every Muslim as a source of binding beliefs.
The etymological moral words come from Arabic, the plural form of the word khuluq or al-khulq which in language means, among other things, character, temperament, behavior, or character.  So it can be concluded that, moral akidah learning is an effort in preparing students to believe in the oneness of Allah based on Islamic teachings and realize it in the form of good behavior in everyday life.
The content of Islamic faith education is closely related to character education. Moral education includes the relationship to God and the relationship to others and the goal of morality is to create humans as high and perfect beings.
Basics of curriculum development, namely as follows:
a. The curriculum is structured to realize the national education system.
b. The curriculum at all levels of education is developed with an ability approach.
c. The curriculum must be in accordance with the characteristics of the educational unit at each level of education.
d. The curriculum at all levels of education is developed in accordance with the needs, potentials, and interests of students and the demands of those who need and are interested.
e. The curriculum at all levels of education is developed in accordance with the demands of the environment.
f. The curriculum at all levels of education includes spiritual aspects of religion, intellectuality, character of self-concept, learning skills, entrepreneurship, life skills that are blessed and dignified, healthy lifestyle, aesthetics and nationalism.
There are 2 principles of curriculum development, namely general principles and specific principles.
a. Special principles include the principles of relevance, flexibility, continuity, practicality, effectiveness,
b. General principles include those relating to the preparation of goals, content, learning experiences and assessment.
The scope of learning Aqidah Akhlak at the madrasah level includes:
1. The aspect of aqeedah consists of how to the obligatory nature, impossible, zaiz Allah, faith in the book of Allah, the messenger of Allah, the characteristics and the miracle and the last day.
2. Honorable moral aspects consisting of khauf, taubat, tawadlu ', sincere, monotheistic, innovative, confident, strong determination, ta'ruf, ta'awun, tafahum, tasamuh, honest, fair, trustworthy, keeping promises and deliberating.
3. Despicable moral aspects include kufr, shirk, hypocrites, namimah, and ghihab.
Here are some strategies in learning, namely lecture, discussion, question and answer, memorization, learning and recitation, group work, demonstration and experimentation, and simulation.
The forms of evaluation of morality learning in MTs / SMP, namely:
a. Daily tests
b. Half-year exam
c. Semester exam
d. Final testament
e. Non-test assessment

2. Saran
Hendaknya seluruh pembaca makalah ini membaca sekaligus memahami kandungan yang terdapat di makalah ini. Makalah ini dapat dijadikan pegangan awal bagi para guru maupun Mahasiswa yang bakal menjadi seorang guru.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 2000. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Alkin, DC. 1969. Evaluation Theory Development : Evaluation comment( Nem Bury Park LA: Sage.
Dinata, Nana Syaodih Sukma. 2012.Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamalik, 0emar. 2011.Manajemen Pengembangan Kurikulum.( Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Masy’ari, Anwar.1990. Akhlak Al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu.
Nata, Abuddin.2001.Pemikiran Para Tokoh Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nurhayati, Anin. 2010. Kurikulum Inovasi, Yogyakarta: Teras.
S. Munzier, Hany Noer Aly. 2003.Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insan.
Syah, Muhibbin. 2005.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Rosdakarya.
Yunus, H. Mahmud. 1972.Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar