Jumat, 31 Mei 2019

Makalah strategi pembelajaran aktif akidah akhlak

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara, seperangkat cara, teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap.
 Strategi pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam penyampaikan materi pelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan strategi pembelajaran. Karena strategi pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi pelajaran tersebut, dapat diserap dan dipahami oleh siswa, karena hal ini berdampak terhadap tujuan yang hendak dicapai proses pembelajaran.
Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil belajar yang diinginkan atau di atas standar minimum. Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran ini dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa penggunaaan strategi pembelajaran dapat mempermudah proses pembelajaran dan mempercepat memahami isi pembelajaran, karena setiap strategi pembelajarandirancang untuk mempermudah proses pembelajaran. Diharapkan strategi pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Seoarang guru disadari atau tidak, harus memilih strategi tertentu agar pelaksanaan proses pembelajaran di kelas berjalan lancar dan hasilnya optimal. Tidak ada seorang guru yang tidak mengharapkan demikian, karena setiap individu guru masih mempunyai nurani yang peka terhadap anak didiknya. Tidak ada guru yang menginginkan kondisi proses pembelajaran yang kacau dengan hasil belajar yang jelek, sehingga setiap guru pasti akan mempersiapkan strategi pembelajaran yang matang dan tepat, agar hasil belajar siswa terus meningkat dengan baik.
2. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian strategi pembelajaran aktif?
B.Bagaimana tipe belajar siswa?
C. Bagaimana karakteristik pembelajaran aktif?
D. Apa saja faktor pendukung pembelajaran aktif?
E. Apa saja contoh- contoh strategi pembelajaran aktif?
3. Tujuan Masalah
A. Untuk mengetahui arti strategi pembelajaran aktif
B. Untu mengetahui tipe belajar siswa
C. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran aktif
D. Untuk mengetahui faktor pendukung pembelajaran aktif
E. Untuk mengetahui contoh-contoh strategi pembelajaran aktif

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif (active learning)
Pembelajaran aktif merupakan strategi pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu, belajar aktif juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri.
Secara harfiah active learning maknanya adalah belajar aktif. Kebanyakan praktisi dan pengamat menyebutnya sebagai strategi learning by doing. Pendekatannya, memandang belajar sebagai proses membangun pemahaman lewat pengalaman dan informasi. Dengan pendekatan ini, persepsi, pengetahuan dan perasaan peserta didik yang unik ikut mempengaruhi proses pembelajaran.
Pendekatan active learning merupakan istilah dalam dunia pendidikan yaitu sebagai strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif dan efisien dalam belajar membutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar mengajar. Misalnya dari sudut siswa, guru, situasi belajar, program belajar dan dari sarana belajar. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa metode active learning menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek. Active learning merupakan suatu proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dalam proses ini siswa mengalami “keterlibatan intelektual-emosional” disamping keterlibatan fisiknya.
Menurut Ujang Sukandi, active learning dimaknai sebagai cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak tergantung kepada guru atau orang lain bila mereka mempelajari hal-hal yang baru.
Active learning adalah proses belajar di mana siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, hubungan interaktif dengan materi pelajaran maupun pengoptimalan potensi yang dimiliki, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Menurut Melvin L. Silberman, pendekatan active learning merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif, yang meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik menjadi aktif. Memang pendekatan active learning merupakan konsep yang sukar didefinisikan secara tegas, sebab semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan dari peserta didik, meskipun kadar keaktifannya itu berbeda. Pembelajaran aktif (active learning) merupakan suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Dalam hal ini proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan mental dan melatih ketrampilan fisiknya. Cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan strategi atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini digunakan oleh para pendidik (guru) dalam proses pembelajaran. Mendidik dengan ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui pendengaran, yamg hanya bisa dicerna otak siswa 20%. Padahal informasi yang dipelajari siswa bisa saja dari membaca (10%), melihat (30%), melihat dan dengar (50%), mengatakan (70%), mengatakan dan melakukan (90%). Hal ini sesuai dengan pendapat seorang filosof cina Konfusius bahwa “Apa yang saya dengar, saya lupa” “Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”
.
1. Tipe-tipe Belajar Siswa
Ada baiknya setiap guru mengetahui tipe belajar siswa agar pembelajaran mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pada umumya, ada tiga tipe belajar siswa yaitu :
Visual, di mana dalam belajar, siswa seperti ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati.
Auditori, dimana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan
Kinistik, dimana siswa lebih mudah belajar dengan melakukan.
Pengetahuan tipe belajar ini akan bermanfaat bagi guru dalam menerapkan pembelajaran individual yang sesuai dengan tipe belajaran siswa sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Tetapi tidak menutup kemungkinan dalam pembelajaran klasikal, strategi pembelajaran dapat diterapkan pada ketiga  cara belajar siswa secara simultan.

2. Karakteristik Pembelajaran Aktif
Sekoalah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, diantaranya yaitu:
Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar. Pengalaman siswa lebih diutamakan.
Guru membmbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau keterampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standart akademis. Selain pencapaian stansdart akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.
Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kretivitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan kemajuan siswa, serta mengukur keterampilan dan hasil belajar siswa.

3. Faktor Pendukung Strategi Pembelajaran Aktif
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar adalah pada waktu guru mengajar, guru harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani yang meliputi:
Keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain
Keaktifan akal; akal anak-anak harus aktif dalam memecahkan masalah
Keaktifan ingatan; yaitu aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru
Keaktifan emosi, yaitu murid senantiasa berusaha mencintai mata pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran diperlukan adanya proses pembiasaan. Untuk memacu agar siswa aktif dalam proses pembelajaran yang bermakna perlu diidentifikasi beberapa kecakapan dasar penunjang yang harus menjadi kemampuan yang melekat dalam diri siswa. Beberapa kemampuan dasar tersebut adalah:
Kemampuan bertanya. Kemampuan ini tidak lain adalah kemampuan siswa untuk mempersoalkan (problem posing). Dimulai dengan persoalan dalam wujud pertanyaan, maka dalam diri siswa terdapat keinginan untuk mengetahui melalui proses belajar.
Kemampuan pemecahan masalah (problem solving). Permasalahan yang munncul di dalam pembelajaran harus diselesaikan oleh siswa selama proses belajarnya. Tidak cukup kalau siswa mahir memepersoalkan sesuatu tetapi miskin dalam pencarian masalahnya. Penyelesaian masalah sendiri dapat dilakukan secara mandiri (self independence learning) maupun secara kelompok (group learning)
Kemampuan berkomunikasi. Dalam kontekas pemahaman kemampuan berkomunkasi baik verbal maupun non verbal merupakan sarana agar terjadi pemahaman yang benar (yang baik dan punya kadar keilmuan) dari hasil proses berpikir dan berbuat terhadap gagasan siswa yang ditemukan dan ingin dikembangkan.
Adapun cara agar siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara aktif dapat dilakukan melalui iklim belajar yang beragam, diantaranya:
Belajar dengan kelas penuhya, yaitu guru memimpin pelajaran yang merangsang seluruh isi kelas
Diakusi, hal ini dilakukan dengan dialog dan debat dengan kunci masalah
Kecepatan bertanya, yaitu murid memerlukan penjelasana
Belajar bersama,yaitu tugas-tugas yang dilakukan bersama dalam kelompok kecil belajar
Belajar bebas
Belajar afektif, yaitu kegiatan yang membantu muris untuk menguji perasaan mereka, nilai-nilai dan sikap
Pengembangan keterampilan, yaitu pembelajaran dan mempraktekka keterampilan baik teknik maupun non teknik.
Agar siswa tidak lupa mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan, yang pertama adalah meninjau ulang (review)  yaitu meninjau ulang dan menyimpulkan apa yang telah dipelajari, kemudia melalui penilaian sendiri (self assessment) yaitu melakukan evaluasi perubahan mengenai pengetahuan, keterampulan dan sikap, dan yang terakhir adalah mengekspresikan perasaan akhir, yaitu mengkomunikasikan pemikiran dan kepedulian pelajar di akhir pelajaran.
Hanya dengan keaktifan siswa yang tinggi dalam situasi belajar yang diciptakan guru, pengembangan seluruh potensi pribadi akan optimal, pembelajaran tersebut harus dibarengi implementasi program pengajaran yang menantang, menarik dan sesuai kebutuhan serta perkembangan siswa.

Maka dapat disimpulkan faktor-faktor pendukung pelaksanaan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) adalah sebagai berikut :

Sikap mental guru
Para guru hendaknya menyadari tentang perlunya pembaharuan strategi belajar mengajar. Untuk itu para konsertatif diharapkan mengikuti tentang pembaharuan tersebut. Sehingga mempunyai kesiapan mental untuk melaksanakan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) sebagai hasil dari adanya pembaharuan pendidikan.

Kemampuan guru
Para guru hendaknya mempunyai beberapa kemampuan yang dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seorang guru dituntut untuk mampu menguasai isi pokok pelajaran pendidikan agama Islam yang akan disampaikan dalam mengajar. Guru harus mampu mengatur siswa dengan baik, mengembangkan metode mengajar yang diterapkan, mengadakan evaluasi dan membimbing siswanya dengan baik.

Penyediaan alat peraga/media pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar maka alat atau media sangat diperlukan agar dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Alat atau media ini harus diupayakan selengkap mungkin agar segala aktivitas mengajar dapat dibantu dengan media tersebut. Sehingga guru tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam penyampaian materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan.

Kelengkapan kepustakaan
Kepustakaan sebagai kelengkapan dalam menunjang keberhasilan pengajaran, hendaknya diisi dengan berbagai buku yang relevan sebagai upaya untuk pengayaan terhadap pengetahuan dan pengalaman siswa. Semakin siswa banyak membaca buku akan semakin pula banyak pengetahuan yang dimiliki sehingga wawasan siswa terhadap materi pelajaran akan semakin bertambah, dan pada akhirnya tujuan pengajaran akan mudah tercapai secara efektif dan efisien.

Menyediakan Koran/bahan bacaan
Agar siswa kaya akan informasi yang menarik, hendaknya sekolah menyediakan Koran/bahan bacaan yang dapat dinikmati atau dibaca siswa dalam menangkap informasi-informasi baru yang sedang berkembang di masyarakat. Sehingga tugas-tugas guru yang diberikan kepada siswa yang menyangkut beberapa problem sekarang akan mudah dipahami dan diselesaikan oleh siswa.

Contoh-Contoh Strategi Pembelajaran Aktif
1. The Power of Two
Strategi ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa belajar secara berpasangan akan lebih hasilnya dibanding belajar secara sendiri-sendiri.
Berikut tata cara penggunaan starategi pembelajaran The Power of  Two:
Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran.
Mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaan secara mandiri.
Bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan yang lain.
Mintalah pasangan tersebut untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing individu.
Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.
Lakukan diskusi kelas dan klarifikasi terhadap hasil diskusi masing-masing pasangan.
2. Reading Guide
Pembelajaran yang dilakukan berbasis bacaan (teks). Agar proses membaca ini bisa efektif, maka guru memberikan pedoman (guide) membaca. Pedoman ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa berdasakan isi bacaan (teks), bisa berisi tugas-tugas yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran.
Prosedur penggunaan reading guide:
Berilah siswa teks atau bacaan yang harus mereka pelajari, akan lebih baik lagi apabila ditunjukkan halamannya.
Mintalah peserta didik untuk membaca teks(bacaan) secara individual, kemudian membuat resum mengenai topik-topik penting yang ada dalam bacaan tersebut (berbentuk pointers).
Diskusikan topik-topik penting hasil temuan siswa, dan nyatakan bahwa ada sejumlah topik itu memang penting namun ada pula yang tidak penting.
Selanjutnya guru membagikan memberikan lembaran pedoman belajar dalam memahami teks (bacaan), biasanya berbentuk pertanyaan.
Para siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar pedoman tersebut.
Diskusikan jawaban-jawaban siswa tersebut.
3. Info Search
Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas, keluar dari kungkungan tembok dan dinding kelas, yang terkadang terasa sumpek dan penuh aturan. Mereka bisa belajar di perpustakaan, warnet, mencari jurnal, dan sumber-sumber belajar yang lain.
Prosedur penggunaan info search:
Bagilah siswa dalam kelompok-kelompok kecil, sekitar 2 atau 3 orang.
Berilah masing-masing kelompok pertanyaan atau tugas yang bisa dicari jawabannya di tempat-tempat yang sudah ditunjukkan guru.
Pertanyaan atau tugas yang diberikan sebaiknya disandarkan pada beberapa buku (literatur).
Kelompok mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan, dan sekitar 30 enit sebelum habis jam pelajaran mereka harus kembali masuk ke dalam kelas.
Di kelas, masing-masing kelompok melaporkan hasil belajarnya dalam mencari informasi di berbagai sumber belajar tersebut.
Diskusikan temuan-temuan kelompok tersebut.
4. Index Card Match
Ini adalah strategi pembelajaran yang menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran.Strategi pembelajaran ini memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas.
Prosedur penggunaan Index Card Match:
Pada kartu index terpisah, tulislah pertanyaan tentang apa pun yang diajarkan dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang sesuai dengan jumlah siswa.
Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Gabungkan dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar acak.
Berikan satu kartu pada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian lain memegang jawaban.
Perintahkan peserta didik menemukan kartu permainannya. Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk mencari tempat duduk bersama.
5.Everyone is A Teacher Here
Jenis strategi pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran yang mudah untuk memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain.
Prosedur penggunaan Everyone is A Teacher Here:
Bagikan kartu indeks kepada setiap peserta didik. Mintalah para peserta didik menulis sebuah pertanyaan  yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas.
Kumpulkan kartu, kocok dan bagikan satu pada setiap siswa. Mintalah siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
Panggilah sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respons.
Setelah diberi respons, mintalah yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa ynag telah disumbang sukarelawan.
Lanjutkan selama masih ada sukarelawan.

6.Student Created Case Study
Studi kasus merupakan salah satu di antara sekian metode pembelajaran yang dianggap sangat baik. Satu tipe diskusi kasus memfokuskan isu menyangkut suatu situasi nyata atau contoh yang mengaharuskan siswa untuk mengambil tindakan, menyimpulkan manfaat yang dapat dipelajari dan cara-cara mengendalikan atau menghindari situasi serupa pada waktu yang akan datang. Teknik berikut memungkinkan peserta didik menciptakan studi kasus sendiri.
Prosedur penggunaan Student Created Case Study:
Bagi kelas menjadi pasangan-pasangan atau trio. Ajaklah mereka menegmbangkan sebuah studi kasus dan sisa kelas dapat menganalisis dan mendiskusikan.
Jelaskan bahwa tujuan studi kasus adalah mempelajari topik dengan menguji situasi nyata atau contoh yang merefleksikan topik.
Berikan waktu yang cukup bagi setiap pasangan atau trio untuk mengembangkan kasus atau isu untuk didiskusikan atau suatu problem untuk dipecahkan, yaitu suatu masalah yang relevan dengan materi pembelajaran.
Kemudian setiap pasangan membuat rangkuman studi kasus, secara khusus detail kejadian yang mengarah pada pemecahan masalah.
Ketika studi kasus selesai, mintalah kelompok-kelompok agar mempresentasikan kepada kelas. Persilahkan seorang anggota kelompok memimpin diskusi kasus.
7. Point-Counterpoint
Strategi ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan dengan lebih cepat.
Prosedur penggunaan Point-Counterpoint:
Pilihlah sebuah masalah yang mempunyai dua perspektif (sudut pandang) atau lebih.
Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok menurut jumlah perspektif yang telah ditetapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan mendiskusikan alasan-alasan yang melandasi sudut pandang masing-masing tim. Doronglah mereka bekerja dengan patner tempat duduk atau kelompok-kelompok inti yang kecil.
Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub kelompok.
Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan. Setelah itu peserta didik mempunyai kesempatan menyampaikan sebuah argumen yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan didkusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju mundur diantara kelompok-kelompok.
Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu sebagaimana anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan.
8. Students Questions Have
Strategi ini merupakan cara yang mudah untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan siswa. Cara ini menggunakan sebuah teknik mendapatkan partisipasi melalui tulisan daripada lisan atau percakapan. Harapan siswa ini dapat dilihat dari jumlah centangan yang ada pada sebuah pertanyaan.
Prosedur penggunaan Students Questions Have:
Bagikan kartu kosong pada setiap siswa.
Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang pembelajaran yang sedang dipelajari.
Putarlah kartu tersebut searah jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada pesrta berikutnya, siswa harus membacanya dan memberikan tanda centang pada kartu itu apabila kartu itu berisi pertanyaan yang disetujui.
Saat kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta berarti telah membaca seluruh pertanyaan kelompok tersebut. Selanjutnya, mengidentifikasi pertanyaan mana yang memperoleh suara terbanyak. Jawab  masing-nasing pertanyaan tersebut dengan mengembangkan diskusi kelas.
Panggil juga beberapa peserta untuk berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun mereka tidak memperoleh suara terbanyak.
Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan yang mungkin dijawab oleh guru pada pertemuan berikutnya.
9. Listening Team
Strategi ini merupakan sebuah cara membantu peserta didik agar tetap terfokus dan siap selama suatu pelajaran mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Startegi listening team ini menciptakan kelompok-kelompok kecil yang bertanggungjawab menjelaskan materi pembelajaran sesuai dengan posisinya masing-masing.
Prosedur penggunaan Listening Team:
Bagilah peserta didik menjadi empat tim, dan berilah tim-tim itu tugas-tugas misal tim A sebagai penanya, tim B sebagai kelompok yang setuju atas sebuah materi pembelajaran, tim C sebagai kelompok tidak setuju, tim D sebagai kelompok pemberi contoh atas materi yang dipelajari.
Sampaikan materi pembelajaran berbasis ceramah. Setelah selesai, berilah tim waktu beberapa saat untuk mendiskusikan tugas-tugas mereka.
Persilahkan tiap-tiap tim untuk bertanya, menyepakati, menyanggah, memberi contoh, dan sebagainya. Strategi ini akan memperoleh partisipasi peserta didik yang mencengangkan lebih daripada yang pernah dibayangkan.

BAB III
PENUTUP

1. Conclusion
Active learning is a process that has student learning at its centre. Active learning focuses on how students learn, not just on what they learn. Students are encouraged to ‘think hard’, rather than passively receive information from the teacher.
A teacher must know the types of learning students to achieve goals effectively and effectively besides that each teacher must know the types of learning students such as: Visual, auditory, and knistic.
Schools that carry out active learning well have characteristics such as: 1. Student centered learbing, 2. Teacher guiding in the occurrence of learning expriences, 3. The purpose of learning activities is not just to pursue academic standarts, 4. Management of learning activities emphasized on student creativity, 5. Judgment
Factor that influence active learning include; teachers mental attitude, teacher’s ability, supply of teaching aids/learning media, complete literature and provide newspapers/reading material.
Examples of active learning strategies is the power of two, reading guide, info search, index card match, everyone is a teacher here, student created case study, point-counterpoint, students quetions have, and listening team.

2. Saran
Pembelajaran aktif ini sangat baik untuk di terapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan peserta didik, maka dari itu kepada mahasiswa dan calon guru harus mengetahui bentuk strategi ini agae dapat diaplikasikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ed, Ellys J. 2004. Kiat-Kiat Meningkatkan Potensi Belajar Anak. Bandung : Pustaka
Hidayah.
Hamruni, 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Marno dan M.Idris. Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Nurdin, Syafrudin dan Basyiruddin Usman. 2002. Guru Professional dan Implementasi
Kurikulum. Jakarta : Ciputat Pers.
Saleh, Abdul Rahman. 2006. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung :
Nusamedia.
Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta:Ciputat
Pers.
Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Sukses Offset.

2 komentar: